Rabu, 22 Februari 2012

Penggunaan Protein Bagi Ruminansia

Protein dibuat dari satu atau lebih ikatan asam amino. Asam amino tersebut saling berikatan dalam ikatan peptida yang biasa disebut polypeptida. Protein diserap dalam dicerna dengan berbagi enzim pencernaan untuk mendapatkan hasil akhir asam amino yang diserap oleh tubuh. Selain untuk membangun struktur tubuh, asam amino digunakaan untuk sumber energi apabila defesiensi energi dan atau lemak. Penggunaan protein sebagi sumber energi akan menghasilkan residu nitrogen yang akan dikeluarkan dari tubuh. Pada ruminansia residu nitrigen dalam bentuk urea.
Penggunaan protein dalam ruminansia berbeda dengan monogastrik karena keberadaan mikroba dalam rumen mempunyai kemampuan mensintesis semua asam amino. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas protein tidak menjadi unsur yang mutlak dalam ransum ruminansia. Secara umum, protein yang dikonsumsi ternak ruminansia akan mengalami dua kemungkinan, yaitu lolos degradasi dan didegradasi oleh mikroorganisme. Protein dalam rumen didegradasi menjadi peptida oleh enzim protease. Peptida tersebut dikatabolisme menjadi asam amino bebas lalu menjadi amonia, asam lemak dan CO2. Amonia digunakan oleh mikroba sebagi sumber energi untuk mensintesis protein dan bahan-bahan sel seperti bahan sel yang mengandung N dan asam nukleat. Sebagia amonia bebas akn diserap ke pembuluh darah ternak dan ditransformasikan menjadi urea di dalam hati, apabila tidak digunakan oleh ternak akan diekresikan ke dalam urin. Sel-sel mikroba (bakteri dan protozoa) yang mengandung protein bersama protein pakan akan memalui omasum, abomasum, dan usus halus. Pencernaan dan penyerapan mikroba dan protein pakan terjadi di usus halus oleh protease.
Faktor yang mempengaruhi proses degradasi protein anatara lain sifat protei bahan makanan, laju pengosongan isi rumen, dan kondisi lingkungan rumen. Sifat sumber protein bahan makanan ditentukan oleh daya kelarutan sumber protein. Protein kasar bahan makanan dibagi menjadi dua, sumber N yang mudah larut dan sumber N yang sukar larut. Laju pengosongan isis rumen merupakan persentase auat proporsi komponen cairan rumen yang meninggalkan rumen per jam. Laju tersebut sangat tergantung pada konsumsi ransum. Konsumsi ransum yang tinggi mengakibatkan laju pengosongan isi rumen meningkat, dan dalam kondisi ini protein bahan makanan yang mudah larut akan lolos dari degradasi mikroba dan sebaliknya. Kondisi lingkungan rumen adalah pH, konsentrasi amonia, dan ketersediaan energi. Rumen mempunyai pH 6,5-7,0. Pada kondisi pH yang lebih rendah akan mengakibatkan proses terhambat, yang dikarenakan pertumbuhan bakteri rumen.
Protein yang tahan degradasi dapat menyebakan terjadinya defisiensi nitrogen mikroba sehingga mengakibatkan rendahnya efisiensi pertumbuhan mikroba. Dalam keadaan demikian penggunaan urea yang dikombinasi dam sumber protei yang tahan degradasi dapat meningkatkan efisiensi pertumbuhan mikroba, tetapi apabila urea digunakan sebagi sumber nitrogen tunggal maka efisiensi pertumbuhan mikroba menjadi rendah karen ketersediaan peptida dan asam amino menjadi faktor pembatas. Selain itu, produksi mikroba juga dipengaruhi oleh pola fermentasi yang ditunjukkan proporsi molar VFA. akan lebih tinggi apabila propionat meningkat.

0 komentar:

Posting Komentar