Selasa, 12 Maret 2013

Masalah Daging, Masih Banyak yang Harus dibenahi


Seiring dengan permintaan daging di indonesia, kebutuhan daging di Indonesia sangat sulit di mengerti, artinya kebutuhan daging yang tinggi, akan tetapi tidak diimbangi dengan produksi daging itu sendiri. Hal ini menyebabkan konsumen daging berpindah komoditi sumber protein lainnya. konsumen daging seperti untuk produksi bakso harus mencampur daging ayam untuk mengefesienkan biaya produksi, bahkan diperparah dengan pencampuran daging babi (celeng).

Sejak pembatasan import daging, memang isu daging semakin melonjak di media, mulai dengan demo harga daging sampai kasus suap. Pembatasan import tersebut secara logika bertujuan agar nilai ekonomis sapi lokal meningkat, sehingga kesejahteraan peternak meningkat. Hal tersebut sampai sekarang masih dirasakan oleh peternak-peternak kecil, terbukti harga sapi lokal meningkat, karena permintaan pasar meningkat. Peningkatan harga dirasakan oleh semua rantai tata niaga di bidang perdagingan. Peternak yang mempunyai sapi lokal di jual dengan harga yang tinggi, tetapi untuk melanjutkan sebagai profesinya sebagai peternak tidak bisa, karena untuk beli sapi lokal lagi harus dengan harga tinggi pula. Pemotong di RPH harus membeli sapi dengan harga tinggi, karena persaingannya meningkat. Hal ini berdampak pada penjual di on farm, khususnya pedagang bakso, yang harus beli daging yang tinggi. Pedagang bakso hanya bisa berupaya untuk untung, akan tetapi harga bahan baku sangat tinggi. Pada critical point inilah, pemerintah harus jeli untuk kesejahteraan masyarakat. Bukan hanya peternak yang harus disejahterakan, akan tetapi pebisnis dan pedagang pun harus disejahterakan. Indikator bahwa sebuah kebijakan tentang daging sejahtera itu berhasil adalah semua pihak pelaku didalamnya harus sejahtera, khususnya peternak dan pedagang. Isu tentang daging celeng dicampur bakso salah satu contoh bahwa pemerintah masih  melakukan kebijakan masih sepihak, dan hal tersebut harus diubah kembali atau ditambah kebijakan lainnya sehingga semua pihak menguntungkan. Satu contoh lagi adalah tindakan peternak yang memberi minum tanpa batas kepada sapi, sehingga timbangan jual lebih berat. Kebijakan yang salah digunakan oleh peternak, disaat harga daging tinggi membuat peternak memanfaatkan peluang yang ada. Semua contoh tersebut banyak ditemukan secara teknis dilapangan, sehingga tingkat kecurangan tersebut tidak ada datanya, dan diharapkan pemerintah bisa memberikan kebijakan yang pas untuk permasalahan daging di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar